Peran Peer Educator dalam Upaya Pencegahan Hiv/Aids di Lokalisasi

Authors

  • faza adilla mutmainah Universitas Negeri Semarang

DOI:

https://doi.org/10.32585/jikemb.v2i2.995

Abstract

Wanita Penjaja Seks (WPS) adalah kelompok berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. Peer educator dibentuk sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS di Lokalisasi. Berdasarkan studi pendahuluan di Lokalisasi Banyuputih Hasil wawancara kepada pengelola lokalisasi adalah program penggunaan kondom 100% masih sulit diterapkan meskipun sudah ada himbauan dari petugas kesehatan padahal sudah 70% WPS menderita IMS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran peer educator dalam upaya pencegahan HIV/AIDS di lokalisasi Penundan Kabupaten Batang. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan rancangan deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Informan ditetapkan sebanyak 4 orang informan utama dan 5 orang informan triangulasi dengan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan metode triangulasi dan analisis data. Hasil Penelitan menunjukan sebagian peer educator belum aktif dalam melaksanakan fungsi peran penggerak, edukasi dan distribusi kondom. Faktor yang mempengaruhi peran peer educator adalah kurangnya pengetahuan,dukungan pengelola dan teman,reward, pelatihan.

References

Dirjen P2P Kemenkes. (2018). Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Trimester IV Tahun 2018. Jakarta : Kemenkes RI.

Exavery, Amon, et.al. (2012). Role of condom negotiation on condom use among women of reproductive age in three districts in Tanzania. BMC Public Health. 12:1097.

Firdaus, S., & Helfi, A. (2013). Faktor Resiko Kejadian HIV pada Komunitas LSL (lelaki seks dengan lelaki). Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(2): 94-95.

Gebi A. & Alemayehu W, 2011, Determinants of HIV Testing Among Tuberkulosis Patients on DOTS in East Wollega Zone, Ethiopia, Science. Technology and Art Research Journal, 1(2), 31–42.

Global AIDS monitoring 2018: indicators for monitoring the 2016 United Nations Political Declaration on HIV and AIDS. Geneva: UNAIDS; 2018 (http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2017-Global-AIDS-Monitoring_en.pdf).

Kebede, W., Keno, F., Ewunetu, T., & Mamo, G. 2014,. Acceptance of Provider Initiated HIV Testing and Counseling among Tuberculosis Patients in East Wollega Administrative Zone, Oromia Regional State, Western Ethiopia. Tuberculosis Research and Treatment, 2014, 1–5. https://doi.org/10.1155/2014/935713

Kemenkes RI. 2012. Pedoman Penerapan Layanan Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan. Jakarta : Ditjen PP dan PL Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2014. Situasi dan Analisis HIV AIDS. Jakarta : Kemenkes RI

KPA Batang. 2018. Kondisi HIV/AIDS di Kabupaten Batang tahun 2018. Batang : KPA Kabupaten Batang.

Muna, C. N. 2016, Faktor yang Berhubungan dengan Kesediaan Tes HIV pada Pasien Tuberkulosis.Kesehatan Mayarakat

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Perda Kabupaten Batang No.3 Tahun 2011 Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Batang.

Puadi, A. R. A. (n.d.). Peran Komisi Penanggulangan AIDS Daerah ( KPAD ) Dalam Penanggulangan HIV dan AIDS Di Kabupaten Kotawaringin Timur. Jurnal Promkes, 4(2): 117-128.

Sasono, N. Tri. (2017). Peran Warga Peduli AIDS Cahaya Care Turen Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup ODHA. Jurnal Kesehatan, 3(1): 51-54.

Sastroasmoro, Sudigdo & Ismael, Sofyan. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Sistiarani, C., Kurniawan, A., & Hariyadi, B. 2019. Analisis Peran Penerapan Warga Peduli AIDS (WPA) pada Kader di Desa Karangtengah Cilongok, Banyumas. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 6(1): 7.

Wati, N. S., Cahyo, K., & Indraswari, R. 2017. Pengaruh Peran Warga Peduli AIDS Terhadap Perilaku Diskriminatif Pada ODHA. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 5(2): 198–205.

Wirahayu, A.Y, & Satyabakti, P. 2014. Pencegahan HIV/AIDS pada anggota TNI-AL dilihat dari Pengetahuan Sikap dan Tindakan. Jurnal Epidemiologi, 2(2): 161-170.

Published

2020-12-14