KUALITAS PELAYANAN SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA SISTEM BRIDGING DILIHAT DARI PETUGAS PENERIMAAN PASIEN RAWAT JALAN DI RS. X

Authors

  • Fahmi Hakam

DOI:

https://doi.org/10.32585/jmiak.v2i02.457

Abstract

Ruang lingkup layanan BPJS sangat luas, tentu saja ada banyak masalah kompleks yang terjadi dalam proses layanan. Permasalahan tersebut antara lain antrian panjang yang timbul karena jumlah pasien yang tinggi, beban kerja petugas yang semakin meningkat karena menjadi entri data lebih dari satu kali, yaitu pada SIMRS dan SEP, sumber daya manusia yang tersedia menjadi kewalahan untuk dapat memberikan layanan cepat untuk semua pasien BPJS sehingga kinerja petugas menurun. Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan perawatan, terutama dalam penerimaan rawat jalan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui perbedaan kualitas layanan di Rumah Sakit X sebelum dan sesudah sistem bridging diimplementasikan. Mengetahui perbedaan kualitas layanan sebelum dan sesudah sistem bridging diimplementasikan pada penerimaan pasien rawat jalan Rumah sakit X. Pendekatan kuantitatif analitik komparatif observasional dengan desain studi cross-sectional. Kualitas layanan sebelum sistem bridging 3% petugas menilai sangat baik, 65% baik, 31% tidak baik, 1% tidak terlalu baik. Kualitas layanan setelah sistem bridging menerapkan tingkat petugas 38% itu sangat baik, 57% baik, tidak baik 5%, 0% tidak terlalu baik. Dari uji Wilcoxon menunjukkan bahwa koefisien korelasi -3,727? maka Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,000. Ini menunjukkan bahwa ? <0,05 berarti Ho ditolak. Ada perbedaan yang signifikan dalam kualitas layanan sebesar -3,727? dan Asymp. Sig 0,000 antara sebelum dan sesudah sistem bridging diterapkan di Rumah Sakit X.

Published

2019-12-01

Issue

Section

Volume 2, No 2, 2019