CERITA TENTANG BIDADARI MANDI DAN FUNGSINYA SEBAGAI SARANA KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

Authors

  • Yostiani Noor Asmi Harini
  • Tedi Permadi

DOI:

https://doi.org/10.32585/klitika.v1i2.473

Abstract

Di Kabupaten Maros, Makassar, terdapat Kolam Jamala. Menurut cerita masyarakat, Kolam Jamala atau Telaga Bidadari merupakan tempat mandi bidadari. Bahkan, karena cerita tersebut, Kolam Jamala pun dipercaya memiliki khasiat dapat menyembuhkan berbagai penyakit bahkan menghindarkan orang yang mandi disana dari guna-guna. Di Jawa Barat, terdapat cerita tentang Jaka Tarub. Penggerak utama dalam cerita tersebut adalah turunnya para bidadari dari kahyangan yang kemudian mandi di sungai yang berada di bumi. Peristiwa tersebut menyebabkan Jaka Tarub terpesona oleh kecantikan sang bidadari sehingga dirinya mencuri salah satu selendang sang bidadari (Nawang Wulan). Kedua cerita tersebut memiliki kesamaan yaitu adanya peristiwa bidadari mandi dan latar tempat bidadari mandi (sungai/telaga). Pertanyaan yang kemudian muncul dalam benak kami adalah: mengapa dalam cerita rakyat nusantara tidak ada satu pun kisah yang di dalamnya terdapat tokoh dewa atau bidadara yang dikisahkan mandi di bumi? Setelah ditelusuri menggunakan pendekatan folklor, tampak bahwa cerita tentang bidadari mandi berfungsi sebagai sarana konservasi sumber daya air. Mengapa bidadari (perempuan)? Karena perempuan dipercaya masyarakat sebagai “ibu bumi”.

References

Ahmadi, Anas. 2011. “Cerita Rakyat Pulau Raas dalam Konteks Psikoanalsis Carl G. Jung.” Jurnal MDA. Tahun 2011, Vol. 24, No. 2. Hal. 109-116. [Daring] Tersedia di: http://journal.unair.ac.id/filerPDF/03%20anas%20ahmadi-CERITA%20RAKYAT%20PULAU%20RAAS%20edit%20MDA.pdf (Diakses pada 16 Juli 2016)

Atisah. 2015. “Lalan Belek” Cerita Bidadari dari Rejang Bengkulu: Kajian Motif. Jurnal Metasastra, Vol. 8 No. 2, Desember 2015: 239-248.

Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Irmawati, Waryunah. 2013. “Makna Simbolik Upacara Siraman Pengantin Adat Jawa”. Jurnal Walisongo Vol 21, No. 2. [Daring] Tersedia di http://journal.walisongo.ac.id/index.php/walisongo/article/view/247/228 (Diakses pada 16 Juli 2016)

Nuraini, Cut. 2015. “Kearifan Lingkungan dalam Pengelolaan Hutan, Tanah, dan Sungai di Desa Singengu, Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara”. Jurnal Manusia & Lingkungan, Vol. 22 No. 1, Maret 2015. [Daring] Tersedia di: http://jpe-ces.ugm.ac.id/ojs/index.php/JML/article/view/446 (Diakses pada 16 Juli 2016)

Rasyid, Armiati. 2014. “Struktur Aktansial dan Fungsional Cerita Rakyat Gorontalo: Asal Mula Botu Lidou Lei Lahilote”. Jurnal Telaga Bahasa. Daring. Tersedia di: http://telagabahasa.org/jurnal/index.php/telagabahasa/article/view/11 (Diakses pada 16 Juli 2016)

Taum, Yoseph Yapi. 2013. “Berbagai Mitos tentang Laut: Mengungkap Konsep Bahari Bangsa Indonesia.” Makalah dalam Kongres Internasional Folklore Asia III di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, 7-9 Juni 2013.

Thompson, Stith. 1966. Motif-Index of Folk Literature. Revised and Enlanrged Edition 6 Vol. Bloomington & London: Indoana University Press.

Tim Penyusun Kamus. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Tim Penyusun. 2004. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Published

2019-12-17

Issue

Section

Artikel