WAYANG DAN BATIK SEBAGAI WAHANA PRAKTEK DIPLOMASI KEBUDAYAAN

Authors

  • Andrik Purwasito Universitas Sebelas Maret
  • Erwin Kartinawati Universitas Sahid Surakarta

DOI:

https://doi.org/10.32585/kawruh.v1i2.401

Abstract

Diplomasi budaya adalah bentuk diplomasi yang mengangkat materi seni-budaya, baik berupa seni pertunjukan, seni tari, seni pedalangan, seni suara atau seni bela diri, termasuk kuliner, sebagai bahan atau materi untuk diplomasi. Diplomasi budaya, merupakan bentuk halus dari hubungan antar negara, dan  memiliki peran penting dalam ikut menyumbangkan perannya bagi perdamaian dunia. Oleh sebab itu, diplomasi budaya digunakan sebagai upaya untuk mencapai tujuan nasional melalui cara-cara yang lebih lunak. Oleh karena itu, diplomasi budaya juga disebut sebagai soft power diplomacy. Tulisan ini untuk menjelaskan salah satu praktik soft power diplomacy yang dilakukan oleh aktor non-negara, yaitu pengalaman individu penulis sendiri, utamanya menggunakan wayang kulit, kuliner dan batik. Penggunaan ketiga produk budaya Indonesia ini didasarkan pada hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai pentingnya diplomasi berbasis kearifan lokal, antara lain berjudul "Diplomasi Multi-jalur Berbasis Genius Lokal. ". Isinya antara lain adalah wayang kulit dan jenis seni-budaya lainnya, seperti kuliner dan seni sastra, dapat diangkat sebagai metode pembelajaran dalam domain hubungan internasional. Selain sebagai alat diplomasi, penggunaan wayang, kuliner dan batik juga diimplementasikan sebagai wahana praktik diplomasi kebudayaan, sekaligus sebagai upaya pelestarian seni dan budaya khas bangsa Indonesia.

 

Kata kunci : seni, batik, budaya, diplomasi, wayang kulit , soft power.

Downloads

Published

2019-10-31

How to Cite

Purwasito, A., & Kartinawati, E. (2019). WAYANG DAN BATIK SEBAGAI WAHANA PRAKTEK DIPLOMASI KEBUDAYAAN. Kawruh: Journal of Language Education, Literature and Local Culture, 1(2), 105–115. https://doi.org/10.32585/kawruh.v1i2.401

Issue

Section

Artikel