HUBUNGAN PENCAHAYAAN DAN POSTUR KERJA SERTA IKLIM KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISOSDERS PADA PEKERJA BAGIAN HELPER DI PT. SEMARANG AUTOCOMP MANUFACTURING INDONESIA (SAMI) SEMARANG

Authors

  • Setyo Watiningsih Univet Bantara Sukoharjo
  • Triyanta Triyanta Program Studi Kesehatan Masyarakat, FKM Universitas Veteran Bangun Nusantara
  • Nur Ani Program Studi Kesehatan Masyarakat, FKM Universitas Veteran Bangun Nusantara

DOI:

https://doi.org/10.32585/jikemb.v4i1.1899

Keywords:

Pencahayaan, Postur kerja, Iklim Kerja, Keluhan Musculoskeletal Disorders

Abstract

Musculoskeletal Disorders merupakan akumulasi cidera serta nyeri yang terjadi pada sistem muskuloskeletal yang ditandai oleh luka pada otot, tendon, kartilago, ligamen, rangka, sistem vaskular, dan saraf. Aktifitas Pemindahan kabel secara manual di PT. SAMI, memiliki potensi untuk kejadian MSDs pada pekerjanya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Octaviani (2017) bahwa pekerja sopir bus antar provinsi di Bandar Lampung mengalami keluhan MSDs sebesar 73,3 %. Hasil penelitian juga dilakukan oleh Fuady (2013) didapatkan bahwa ada hubungan antara risiko pekerjaan dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung 2013. Sedangkan menurut penelitian Khoffiya et al (2019) ada hubungan antara iklim kerja dan postur kerja dengan keluhan MSDs pada pekerja baggage handling service di Kokapura Ahmad Yani Semarang. Berdasarkan hasil studi pendahuluan menggunakan kuesioner Nordic Body Map yang melibatkan 22 responden, ditemukan 45% responden mengalami Musculoskeletal Disorders (MSDs).

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan pencahayaan dan postur kerja serta iklim kerja dengan keluhan Musculoskeletal disorders di PT SAMI Semarang. Jenis penelitian menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan pendekatan desain Cross Sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2020. Populasi berjumlah 22 orang pekerja helper dengan jumlah sampel sama 22 orang pekerja dikarenakan menggunakan metode total sampling. Pada pengumpulan data, peneliti menggunakan Checksheet REBA, Nordic Body Map (Data Keluhan MSDs, bersifat subjektif), Heatstress Meter merk Extech Instruments Seri HT 30 (data iklim kerja), dan  Luksmeter LT Lutron seri  LM-810 (Data Pencahayaan). Analisis statistik bivariat menggunakan uji Chi- Square dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan pencahayaan sesuai standar atau >300 lux 95,5%, postur kerja sedang sebanyak 54,5%, iklim kerja sesuai NAB 95,5%, dan karyawan mengalami keluhan musculoskeletal disosder 77,3%. Tidak ada hubungan pencahayaan dengan keluhan musculoskeletal disosder (p-value=0,579, C=0,118). Ada hubungan postur kerja dengan keluhan musculoskeletal disosder (p-value=0,003, C=0,583). Tidak ada hubungan iklim kerja dengan keluhan musculoskeletal disosder (p-value=0,579, C=0,118). Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa variabel yang paling berpengaruh adalah postur kerja (OR=2.008.089.806,039).

Perusahaan harus melaksanakan sosialisasi dan edukasi aktif kepada pekerja helper mengenai cara bekerja dan postur kerja yang tepat sesuai dengan prinsip ergonomi. Memberikan exercise selama 5 - 10 menit sebelum mulai pekerjaan dan saat istirahat disela – sela pekerjaan.

Published

2022-06-02