TINGKAT TUTUR SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN PENDIDIKAN KARAKTER

Penulis

  • Nurpeni Priyatiningsih

DOI:

https://doi.org/10.32585/kawruh.v1i1.239

Abstrak

Tingkat tutur atau dalam bahasa Jawa disebut unggah-ungguh adalah adat sopan santun, etika, tata susila, tatakrama berbahasa. Tingkat tutur tidak hanya terbatas pada bentuk tuturan tetapi juga menyangkut pada tindak tanduknya, yang dapat dikatakan sebagai patrap dan pocap. Tingkat tutur secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu ragam ngoko dan ragam krama. Ragam ngoko sendiri dibagidua yaitu ngoko lugu dan ngoko alus. Demikian juga ragam krama terdiri dari dua yaitu ragamkrama lugu dan krama alus. Pendidikan bahasa Jawa mempunyai fungsi  yang diarahkan untuk dua hal yaitu kultural dan edukatif. Penerapan tingkat tutur/unggah-ungguh melalui pendidikan bahasa Jawa bersifat vertikal artinya yang muda menggunakan ragam krama untuk menghormati yang tua/ dituakan , sebaliknya yang tua tidak boleh sewenang-wenang terhadap yang muda, yang demikian disebut keseimbangan. Konsep keseimbangan itu meliputi duduga, prayoga, watara dan reringa.Penerapan tingkat tutur/ unggah-ungguh dapat dijadikan sarana pembentukanpendidikan karakter.

 

Kata-kata kunci: Bahasa Jawa, Tingkat tutur, Pendidikan Karakter.

Diterbitkan

2019-04-18

Cara Mengutip

Priyatiningsih, N. (2019). TINGKAT TUTUR SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN PENDIDIKAN KARAKTER. Kawruh: Journal of Language Education, Literature, and Local Culture, 1(1), 47–63. https://doi.org/10.32585/kawruh.v1i1.239

Terbitan

Bagian

Artikel