Konsep Keseimbangan dalam Wayang Tauhid Lakon “Wedhare Sadat Tembayat” Sajian Ki Sunardi Wirocarito

Penulis

  • Luwiyanto Universitas Gadjah Mada
  • M. Mukhtasar Syamsuddin Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
  • Lasiyo Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.32585/kawruh.v6i2.5763

Abstrak

Wayang tauhid adalah wayang kreasi baru yagg diciptakan oleh Ki Sunardi Wirocarito dari Trucuk Klaten sejak tahun 1984. Wayang tauhid ini termasuk jenis wayang dakwah yang ceritanya tentang kisah perjuangan para walisongo dalam rangka menyebarkan agama Islam di Jawa. Penelitian tentang wayang tauhid belum banyak dilakukan oleh para ahli. Salah satu lakon populer yang pernah dipentaskan adalah “Wedhare Sadat Tembayat” sajian Ki Sunardi Wiracarito. Penelitian ini mengambil objek material wayang tauhid lakon “Wedhare Sadat Tembayat” sedangkan objek formalnya adalah filsafat teleologi dimana konsep keseimbangan sebagai tujuan hidup. Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dengan mengambil model studi pustaka. Cara untuk memecahkan masalah tersebut digunakan metode hermeneutik dengan langkah-langkah metodis filosofis. Hasil kajian penelitian ini, bahwa wayang tauhid merupakan wayang dakwah sebagai media penyebaran agama (Islam) yang sarat dengan penyampaian nilai-nilai moral. Lakon “Wedhare Sadat Tembayat” menyampaikan pesan tentang konsep keseimbangan sebagai tujuan hidup. Tujuan hidup manusia adalah mencapai kesempurnaan keseimbangan terhadap Tuhan, keseimbangan terhadap sesama manusia, keseimbangan terhadap makhluk lain (non manusia), dan keseimbangan terhadap alam.

 

Kata kunci: wayang tauhid, nilai moral, keseimbangan, tujuan hidup

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Biografi Penulis

M. Mukhtasar Syamsuddin, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Fakultas Filsafat

Lasiyo, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Fakultas Filsafat

Referensi

Al-Mundzir, M. D. (2015). Makna Kebahagiaan menurut Aristoteles, Studi atas Etika Nikomachea. IAIN Tulungagung.

Anonym. (1985). Pribadi dan Masyarakat di Jawa. Jakarta: Sinar Harapan.

Anonym. (1999). Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.

Ardiyanto, M., & Hidayanti, F. (2015). Makna Spiritualitas Begawan Ciptaning dalam Lakon Arjuna Wiwaha pada Pelaku Seni Pedalangan. Jurnal Empati, 4(4), 347–352.

Bakker, A., & Zubair, A. C. (1992). Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Baqir, H. (2005). Buku Saku FIlsafat Islam. Bandung: Mizan.

Bertens, K. (1997). Etika (3rd ed.). Jakarta: Gramedia Pustaka.

Darmoko. (2015). Moralitas Jawa dalam Wayang Kulit Purwa: Tinjauan pada Lakon Laire Semar. Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 5(2), 118–136.

Haryono, N. (2011). Wayang dalam Budaya Jawa. Diakses pada 26 Oktober 2024, dari http://Wkwk.Lecture.Ub.Ac.Id/2015/11/Wayang-Dalam-Budaya-Jawa/

Indarti, R. (2012). Konsep Sakti dalam Lakon Sawitri: Analisis Pertunjukan Wayang Ki Nartosabdo. Jurnal Literasi, 2(2), 150–162.

Koentjaraningrat. (1994). Kebudayaan Jawa (2nd ed.). Jakarta: Balai Pustaka.

Mahdiyah, N. Q., & Darmoko. (2019). Laku dan Pengetahuan Spiritual Ki Ageng Pandhanaran dalam Lakon Wedhare Sadat Tembayat. Jurnal Kawruh: Journal of Language Education, Literature, and Local Culture, 1(2), 57–79.

Maksum, A. (2003). Tasawuf Sebagai Pembebasan Manusia Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marsaid. (2016). Islam dan Kebudayaan, Wayang sebagai Media Pendidikan Islam di Nusantara. Jurnal Kontemplasi, 10(1), 100–111.

Mas’udi. (2016). Akar-akar Teori Konflik: Dialektika Konflik; Core Perubahan Sosial dalam Pandangan Karl Marx dan George Simmel. Jurnal Fikrah, 3(1), 177–200.

Maulidiyah, Y. D. (2023). Hubungan Harmonis dengan Tuhan, Alam, dan Manusia dalam Pandangan Kelompok Penghayat Kejawen Gunung Kawi. Jurnal Entitas Sosiologi, 12(1), 52–63.

Miskawaih, I. (1998). Menuju Kesempurnaan Akhlak terj. dari Tahdzib AlAkhlaq oleh Helmi Hidayat. Bandung: Mizan.

Morris, B. (2003). Antropologi Agama, Kritik Teori-Teori Agama Kontemporer. Yogyakarta: AK Group.

Mudhofir, A. (1996). Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi. Yogyakarta: UGM Press.

Muhni, D. (1994). Moral dan Religi menurut Emile Durkheim & Henri Bergson. Yogyakarta: Kanisius.

Mulder, N. (1973). Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional. Yogyakarta: UGM Press.

Nariswari, A. C., & WIbowo, N. C. H. (2016). Rekonstruksi Cerita Mahabarata dalam Dakwah Walisongo. Islamic Communication Journal, 1(1), 91–104.

Nugroho, G. K. (2015). Tujuan Hidup Manusia, Thomas Aquinas dan Dewa Ruci. Jurnal Studia Philosophica et Theologica, 15(2), 127–137.

Nurhayati, A. (2020). Konsep Egoisme dalam Pemikiran Etika Eudaemonisme Aristoteles (384-322 SM). Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.

Palindangan, L. K. (2012). Tinjauan Filosofis tentang Hidup, Tujuan Hidup, Kejahatan, Takdir, dan Perjuangan. Jurnal Widya, 29(319).

Palmer, R. E. (2003). Hermeneutika: Teori Baru mengenai Interpretasi (Diterjemahkan oleh Musnur Henry dan Damanhuri Muhammad). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Peursen, C. A. (1992). Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Piliang, Y. A. (1999). Hiper-Realitas Kebudayaan. Yogyakarta: LKiS.

Rahman, M. N. (2012). Masyarakat Hilang Orientasi. Diakses pada 21 Oktober 2024, dari https://Health.Kompas.Com/Read/2012/02/27/0533239/Masyarakat.Hilang.Orientasi?Page=all.

Rokhim, M. N. (2020). Pandawa adalah Simbol Yin-Yang Mengajarkan Keseimbangan dalam Diri Manusia. Diakses pada 20 Oktober 2024, dari https://Mojok.Co/Terminal/Pandawa-Adalah-Simbol-Yin-Yang-Mengajarkan-Keseimbangan-Dalam-Diri-Manusia/.

Rudyansjah T. (2011). Alam, Kebudayaan, dan Yang Ilahi. Depok: Titian Budaya.

Sartini. (2011). Inventarisasi Tokoh dan Pemikiran tentang Kritik Perkembangan Kebudayaan Modern.

Setiawan, E. (2017). Makna Filosofi Wayang Purwa dalam Lakon Dewa Ruci. Jurnal Kontemplasi, 5(2), 399–418.

Siswanto. (2003). Metafisika Wayang, Dimensi Ontologis Wayang sebagai Simbol Kehidupan. Jurnal Filsafat, 1(33), 73–85.

Subiyantoro, S., Mulyanto, Kristiani, Hindrayani, A., Kurwidaria, F., Maryono, D., & Wijaya, Y. S. (2021). Estetika Keseimbangan dalam Wayang Kulit Purwa: Kajian Strukturalisme Budaya Jawa. Jurnal Seni Budaya, 19(1), 86–96.

Sukino. (2009). Hubungan Wayang Kulit dan Kehidupan Sosial Masyarakat Jawa. Jurnal Brikolase, 1(1), 16–32.

Syamsuddin, D. (2019). Pentingnya Islam Jalan Tengah. Diakses pada 7 Agustus 2024, dari https://Ibtimes.Id/Din-Syamsuddin-Islam-Jalan-Tengah/.

Wattimena, R. (2012). Filsafat, Hidup, Kebijaksanaan, Keseimbangan, Kesempurnaan. Diakses pada 15 Juli 2024, dari https://Rumahfilsafat.Com/2012/08/03/Keseimbangan-Yang-Hidup/.

Wibowo, S. (2013). Filsafat Moral Jawa, Seh Amongraga dalam Serat Cenhini (1st ed.). Yogyakarta: UNY Press.

Wirocarito, K. S. (2018). Diktat Khusus: Wayang Tauhid. Universitas Widya Dharma

Zubair, A. C. (1987). Kuliah Etika. Jakarta: CV Rajawali.

Diterbitkan

2025-01-03

Cara Mengutip

Luwiyanto, M. Mukhtasar Syamsuddin, & Lasiyo. (2025). Konsep Keseimbangan dalam Wayang Tauhid Lakon “Wedhare Sadat Tembayat” Sajian Ki Sunardi Wirocarito. Kawruh: Journal of Language Education, Literature, and Local Culture, 6(2), 123–131. https://doi.org/10.32585/kawruh.v6i2.5763

Terbitan

Bagian

Artikel