Pura Dharma Yanti di Desa Sumberbulu, Songgon, Banyuwangi (Studi tentang Sejarah, Struktur dan Fungsi Pura)

Authors

  • Adzam Bachtiar Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi
  • I kadek Yudiana Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi
  • I Wayan Mertha Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi
  • Mahfud Mahfud Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi

DOI:

https://doi.org/10.32585/keraton.v5i2.4416

Keywords:

Sejarah, Struktur, Fungsi Pura

Abstract

Penelitian ini dilakukan di Desa Sumberbulu, Songgon, Banyuwangi yang bertujuan untuk mengetahui :(1) Sejarah Pura Dharma Yanti; (2) Struktur Pura Dharma Yanti; (3) Fungsi Pura Dharma Yanti. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah, sehingga langkah yang dilakukan (1) Heuristik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumen), (2) Kritik sumber, (3) Interpretasi dan (4) Historiografi penulisan sejarah. Berdasarkan temuan di lapangan Pura Dharma Yanti merupakan Pura pecahan dari Pura Dewata agung. Sebelum Pura Dharma Yanti di bangun, umat Hindhu yang bersembahyang di Pura Dharma Yanti masih ikut bersembahyang di Pura Dewata Agung. Pada tahun 2011 umat Hindhu yang berdomisili Sumberbulu sepakat untuk membangun Pura sendiri, hingga akhirnya pada tahun 2012 Pura Dharma Yanti di resmikan dan di pangku oleh bapak Sukaji anak kandung dari pemangku pertama Pura Dewata Agung. Struktur Pura Dewata Agung menggunakan konsep Dwi Mandala yang mana konsep ini membagi bagian Pura menjadi dua bagian yaitu Nista Mandala dan Utama Mandala. Fungsi Pura Dewata Agung dibagi menjadi tiga yakni, (1) Fungsi Religius; Pura merupakan tempat suci untuk memuja tuhan dengan berbagai manifestasinya sehingga pura merupakan tempat paling utama untuk melangsungkan aktifitas keagamaan (2) Fungsi Pendidikan; belajar membuat banten, penjor dan perlengkapan upacara lainnya yang dibuat oleh kaum laki-laki maupun perempuan. Pura Dharma Yanti juga digunakan sebagai tempat pendidikan persantian dan juga pendidikan agama pasraman (3) Fungsi Sosial; Pura Dharma Yanti digunakan sebagai tempat musyawarah masyarakat yang ada disekitar pura, selain itu juga digunakan sebagai tempat untuk menjadikan perekat solidaritas sosial dengan berinteraksi sosial melalui rapat ataupun musyawarah yang dilakukan di Pura Dharma Yanti (4) Fungsi Ekonomi; ketika ada acara penting masyarakat memanfaatkannya untuk berjualan (5) Fungsi Budaya; Pura Dharma Yanti, setiap adanya upacara keagamaan di dalam pura masyarakat mengadakan atau memainkan alat musik tradisional yaitu ble ganjur.

References

Agung, G., & Suryada, B. (n.d.). Konsepsi Tri Mandala Dan Sangamandala dalam Tatanan Arsitektu Tradisional Bali

Al-Ma’ruf, A. I. (2021). Peran Sastra Multikultural Sebagai Media Komunikasi Antar Bangsa. Literai, I(1)

Andriyanto, 2022, Konsep Kedudukan Raja pada Awal Berdirinya Kerajaan Mataram Islam, Keraton: Journal of History Education and Culture, Vol. 4, No.1, Juni 2022, halaman 30.

Azisi, A. M., & Yusuf, M. (2021). Konversi Agama dari Hindu ke Islam Pada Masyarakat Banyuwangi: Analisis Sejarah Kritis. Tamaddun: Jurnal Kebudayaan Dan Sastra Islam, 21(1), 59–74. https://doi.org/10.19109/tamaddun.v21i1.8615

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi (2020). Tentang Sosial Dan Kependudukan. 2020.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi (2021). Songgon Dalam Angka 2021.

Dewi, Y. P. 2017. Fungsi bangunan Pura Panatran Agung “Margo Wening” di Desa Balonggarut Kecamatan Krembung, 6 (2). Diakses pada tanggal 11 Agustus 2022 dari online, ( https://repository.unair.ac.id/59897/)

Diantary, Y. A. (2021). Etika Ritual Hindu di Bali Menghadapi Masa Pandemi. Satya Widya: Jurnal Studi Agama, 4(1). https://doi.org/10.33363/swjsa.v4i1.633

Eka, N. (2019). Upacara Kematian Pada Masyarakat Dayak Tumon di Desa Guci Kabupaten Lamandau (Kajian Agama Dan Budaya Hindu). Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama Dan Budaya Hindu, 8(2). https://doi.org/10.33363/ba.v8i2.297

Firmansyah, E. K. P. N. D. (2017). Sistem Religi Dan Kepercayaan Masyarakat Kampung. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(4).

I Gusti Agung Bagus Suryada1. (2012). Konsepsi Tri Mandala Dan Sangamandala dalam Tatanan Arsitektur Tradisional Bali

I Kadek Adi Widiastika1, I Made Pageh2, Ketut Sedana Arta. (2021). Sejarah dan Struktur Pura Segara Rupek dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar di SMA

I Made Citra Adnyana, Nengah Bawa Atmadja, I Made Pageh, M Hum. (2019). Pura Pajenengan di Desa Pakraman Panji, Buleleng, Bali (Sejarah, Struktur, Fungsi Pura dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Berbentuk Rancangan Buku Suplemen di SMA.

Iryanto, P. H., Agus, G., Negara, J., Duwi Oktaviana, ;, Tinggi, S., Hindu, A., Mpu, N., & Singaraja, K. (n.d.). Peran Tokoh Agama Hindu dalam Menjaga Eksistensi Umat Beragama Hindu di Desa Karangdoro Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi.

Koenjaraningrat, (1985). Beberapa Pokok Antropologi Sosia..Jakarta: Dian Rakyat.

Koentjaraningrat. (1998). Pengantar Antropologi Pokok-Pokokn Etnografi II. Jakarta: Rineka Cipta.

Koenjaraningrat, (2004). Kebudayaan Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kriswantoni, S., & Soetopo, D. (2018). Eksistensi Pura Agung Blambangan di Banyuwangi. Pendidikan Budaya Dan Sejarah “ Dibalik Revitalisasi Budaya ,” 112–121.

Laksmi, N. K. P. A. (2017). Identifikasi Tempat Suci pada Masa Bali Kuno. Linguistic.Fib.Ui.Ac.Id.

Mariatie, M. (2018). Filosofi Mendirikan Keramat Menurut Agama Hindu Kaharingan. Belom Bahadat, 8(1). https://doi.org/10.33363/bb.v8i1.236

Menderi, N. K. (2017). Pura Samuan Tiga Sebagai Tempat Aktivitas Penddikan Agama Hindu. Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan, 17(2). https://doi.org/10.32795/ds.v17i02.90

Nadhifah, A. (2019). Nilai-Nilai Sosial dan Nilai-Nilai Religi pada Upacara Adat Kungkum Sinden Di Desa Made Kudu Jombang. In Prosiding Conference on Research and Community Services, 1(1), 613–621.

Nafelian, A., Handayani, S., Program, S., Pendidikan, S., Jurusan, S., Ilmu, P., & Sosial, P. (n.d.). Politik Ekspansi Raja Sultan Agung (1613-1645).

Ni Kadek Ari Indriyani, Luh Putu Sendradati, Desak Made Oka Purnawati. (2016). Pura Pabean, Desa Banyupoh, Kec. Gerogak , Buleleng-Bali( Sejarah, Struktur dan Potensinya sebagai Media Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah di SMA).

Noorzeha, F., & Wardana, I. G. (2021). Upakara Caru Manca Mebayang-bayang Kebo di Pura Meru Lingkungan Karang Kecicang Cakranegara (Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna). Sophia Dharma: Jurnal Filsafat Agama Hindu Dan Masyarakat, 4(1). https://doi.org/10.53977/sd.v4i1.321

Prayogo, A. P., Yudiana, I. K., Mertha I. W., Mahfud (2023). Pura Dewata Agung In Sumberarum Village, Songgon District, Banyuwangi (Study Of The History, Structure And Functions Of Temples) International Journal Of Educational Review, Law And Social Sciense. https://radjapublika.com/index.php/IJERLAS/article/view/627

Rosramadhana, R., Andriansyah, D., Febryani, A., & Sebayang, S. I. (2013). Pengaruh Budaya dan Agama Terhadap Penggunaan Susu Lembu Dalam Ritual Keagamaan Suku Punjabi Penganut Agama Sikh di Kota Medan. Jupiis: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 5(1). https://doi.org/10.24114/jupiis.v4i2.553

Setyaningsih, F. (2020). Bentuk dan Makna Upacara Manusia Yadnya Mitoni dengan Tradisi Jawa. Widya Aksara Jurnal Agama Hindu, 25(2).

Sri Ratna Dewi, N. P., & Sudarsana, I. K. (2017). Eksistensi Pura Teledu Nginyah pada Era Pos Modern di Desa Gumbrih Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana (Perspektif Pendidikan Agama Hindu). Jurnal Penelitian Agama Hindu, 1(2). https://doi.org/10.25078/jpah.v1i2.276

Sudarsana, I. K. (2019). Nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Geguritan Aji Dibia Caksu. Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama Dan Budaya Hindu, 9(1). https://doi.org/10.33363/ba.v9i1.227

Suidat, S., Winarsih, D., & Said, A. R. (2021). Sistem Religi Dan Kepercayaan Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi Cisolok Sukabumi. Jurnal Citizenship Virtues, 1(2). https://doi.org/10.37640/jcv.v1i2.1008

Sukiada, K. (2019). Panca Yadnya dalam Ritual Keagamaan Hindu Kaharingan di Kalimantan Tengah. Satya Sastraharing, 03(20).

Suryosumunar, J. A. Z., & Narwadha, I. K. (2021). Sanggah Kamulan sebagai Media Pemujaan pada Masyarakat Hindu di Kota Mataram: Sebuah Kajian Filsafat. Sophia Dharma: Jurnal Filsafat Agama Hindu Dan Masyarakat, 4(1), 21–35. https://doi.org/10.53977/sd.v4i1.325

Sutanaya, A. A. M. (2020). Aktivitas Religius Masyarakat di Desa Kerobokan Kabupaten Badung dalam Menjaga Keberadaan Pura Petitenget. Vidya Wertta : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia, 3(1). https://doi.org/10.32795/vw.v3i1.672

Triguna, I. Y. (2018). Konsep Ketuhanan dan Kemanusiaan Dalam Hindu. Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama Dan Kebudayaan, 18(1), 71–83. https://doi.org/10.32795/ds.v1i18.104

Widana, I. G. K. (2019). Filosofi Ritual Hindu, Pergeseran Antara Konsep dan Konteks. Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama Dan Kebudayaan, 10(2). https://doi.org/10.32795/ds.v19i2.435

Widiarya, G. 2013. Pura Negara Anglayang di Desa Parkraman Kubutambahan Buleleng Bali: Sejarah, Struktur, dan Potensinyasebagai Media Penidikan Multikultural bagi Masyarakat sekitarnya, 4 (1). Diakses pada tanggal 10 Juli 2022(online). (https://ejournal.undiksa.ac.id/index.php/JJPS/article/view/1008

Yogi Ari Purnami, & Bayu Indra Permana. (2019). Implementasi Nilai-Nilai Persatuan Pada Pelaksanaan Upacara Hari Raya Galungan Dalam Perspektif Bhineka Tunggal Ika Di Desa Bagorejo Kecamatan Srono. Jurnal Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 4(2). https://doi.org/10.36526/jppkn.v4i2.672

Published

2023-07-30

Issue

Section

Artikel